Minggu, 06 September 2009

Perlukah Memukul Pantat Anak?


Mengurus anak memang bukan pekerjaan gampang. Emosi orangtua seperti dikocok-kocok jika si anak mulai tidak disiplin, bermain hal-hal bahaya atau mengeluarkan kata-kata kotor.
Banyak orangtua memilih hukuman pukulan pantat untuk membuat anak jera karena menganggap pantat bagian paling tidak berbahaya? Tapi masih perlukah hukuman pantat? Apa benar hukuman pukulan pantat cukup efektif?
Banyak orangtua berpikir ketimbang memukul atau mencubit, hukuman pantat lebih aman karena pantat lebih empuk dan kalaupun dipukul hanya akan terasa sakit sebentar.
Tapi jangan salah, hukuman fisik apapun itu, pukulan pantat, sentil kuping atau mencubit tetap saja mengenai saraf otot atau saraf kulit. Apalagi sampai mencubit telinga disana ada sensor keseimbangan tubuh.
Psikolog dan pendidik anak, Foster W Cline MD dan Jim Fay dalam bukunya Parenting with Love and Logic: Teaching Children Responsibility seperti dikutip Minggu (6/9/2009) melihat hukuman pantat yang selama ini dianggap sebagai hukuman fisik paling ringan sangat tidak efektif diberikan.
Ketika orangtua kaget bercampur takut melihat anaknya bermain pisau atau colokan listrik, saking cemasnya orangtua biasanya langsung bereaksi cepat. “Mama bilang jangan main pisau, kamu bandel ya”, sambil memukul pantat anak.
Si anak biasanya akan langsung diam. Yang ada di pikiran anak setelah pantatnya dipukul masalah selesai. Jadi jika dia bermain pisau lagi paling akan dipukul pantatnya setelah itu tidak ada lagi masalah.
Pukulan pantat memang lebih mudah karena anak kecil diberi rasa sakit sebentar kemudian dilepaskan dari kesalahannya. Foster dan Jim menilai hukuman pukulan pantat atau fisik lainnya tidak mengajarkan anak menjalani hidup dengan konsekuensi atas perbuatannya. Padahal anak cukup cerdas menyadari hukuman pukulan pantat adalah cara melepaskan diri dari kesalahan. Sebaiknya anak harus lebih dulu memikirkan masalah yang mereka perbuat.
Orangtua juga memberi tahu batasan apa yang boleh dilakukan dan menunjukkan pada anak tindakannya akan sangat merugikan dengan kalimat yang mengajak anak berpikir seperti “Coba kamu pikir kalau kamu terkena pisau kamu akan terluka, kamu akan sakit dan kamu tidak akan bisa bermain dengan temanmu”.
Anak juga biasanya cukup takut dengan hanya melihat raut muka orangtua yang serius atau membelalakkan matanya. Sebisa mungkin hindari anak dari hukuman fisik agar tidak meninggalkan trauma ketika ia dewasa.
Ada beberapa alasan kenapa sebaiknya orangtua menghindari pukulan pantat atau hukuman fisik lainnya:
Mengajarkan konsekuensi yang logis jauh lebih kuat pengaruh yang tertanam pada pikiran anak ketimbang memukul pantat sehingga anak akan menyadari perbuatan tersebut salah karena ada risikonya.
Pukulan di pantat terbukti gagal mengajarkan perilaku yang diinginkan orangtua. Anak malah berupaya coba-coba lagi mengulangi kesalahannya.
Kebanyakan anak lebih suka menerima pukulan di pantat ketimbang memikirkan tindakan mereka yang keliru.
Riset juga menunjukkan pukulan pantat mempunyai banyak efek samping negatif, seperti kemarahan, kebencian, balas dendam. (Irna Gustia-detikHealth)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar