Selasa, 15 September 2009

Doro Kabuju Sape


Doro (gunung) Kabuju menjulang saat memasuki kota Sape. Musim kemarau, terlihat tandus. Saat musim hujan pun, masih terlihat areal tertentu 'bopeng'. Kata Bapak, saat kecil dulu banyak memiliki pengalaman di situ. Kalau saat Lebaran, biasanya dulu hingga tahun 80-an, ada tradisi berburu babi (nggalo wawi) dengan peralatan tradisional seperti tombak. Jika momentum itu tiba, masyarakat sekitar ramai menontonnya dari bawah. Bentuk pegunungan yang terbuka, menyebabkan aksi para pemburu terlihat jelas. Kini tradisi itu tergerus jaman yang serba instan. Ada kegagalan regenerasi.
Doro itu juga adalah sumber kayu api bagi masyarakat sekitar. Bapak dan teman2nya serig naik gunung kalo sore hari dan hari libur. Maklum, anak lembah doro Kabuju (Aldoka, he..he..). Itung2 irit minyak kompor. Selain itu, bisa mencari garoso. Oh ya, di Doro ini pula aksi mistik juga kerap bisa diintip. Sebagian warga (biasanya Soro dan Bugis) memanfaatkannya untuk menyimpan (toho) sesajen untuk meminta sesuatu. Bapak mengaku suka berebutan ama teman2nya, ada pisang, ayam bakar, rokok, kue, dan lainnya. Pasti sang menyimpan mengira sudah dimaam penunggu. Bodoh amat! Kini wajah gunung itu berubah. Diklaim oleh banyak orang untuk dimanfaatkan.
Doro Kabuju juga ada sejarah Ina Nenggu dan Wadu Koka, letaknya berdekatan kok. Hanya sekitar 100 meter dari sekolah Bapak.
Kalo mau lihat datang saja ya...

2 komentar:

  1. doro kabuju hehehe.... kola, labo mango..
    uma ndaiku awa maina re.. hehehe

    BalasHapus
  2. Iya om. Tapi lebih dekatan rumah kakek-ku Om. Au kompe jembatan kampp Sigi re Om. Waktu di Sape pernah liat bawa sepeda motor. Sekarang masih di Sape atau dah ke Makassar? Salam hangat

    BalasHapus